Kritik dan Nasehat untuk Franz Magnis-Suseno atas Suratnya tentang Prabowo

Oleh: Dr. Adian Husaini BEBERAPA hari menjelang pemilihan presiden 9 Juli 2014, Franz Magnis-Suseno SJ,tokoh Katolik terkenal, menyebarkan surat yang mengkhawatirkan jika Prabowo Subianto jadi Presiden RI 2014-2019. Situs http://www.republika.co.id menyebutkan, bahwa surat itu pertama kali diunggah oleh Mardiyah Chamim, seorang pendukung Jokowi, dalam laman facebook-nya. Surat itu juga dimuat di laman laskarjokowi.com. Untuk lebihLanjutkan membaca “Kritik dan Nasehat untuk Franz Magnis-Suseno atas Suratnya tentang Prabowo”

Infiltrasi “Sekularisme” dalam Kurikulum 2013

Jadi, bisa disimpulkan, buku Pendidikan Pencasila dan Kewarganegaraan tersebut jelas-jelas telah berusaha menjauhkan murid-murid Muslim dari agamanya, karena Pancasila hanya dipahami dalam perspektif sekular yang dijauhkan dari nilai keislaman. Materi ajar seperti ini pada ujungnya akan mempertentangkan antara Islam dan Pancasila, sebab Pancasila ditempatkan sebagai satu pandangan hidup dan pedoman amal tersendiri, yang ditempatkan sebagai tandingan bagi pandangan hidup Islam. Akhirnya anak didik diarahkan menjadi sekular; didorong untuk membuang ajaran agamanya ketika menerima pelajaran Pancasila dan kewarganegaraan. Minimal, anak didik dipaksa bersikap mendua atau munafik; pura-pura menerima ajaran Pancasila yang sekular, sementara ia pun harus menerima pandangan hidup Islam.

Antara Jesus dan Jokowi

Disebutkan, bahwa diantara persamaan antara Jesus dan Jokowi adalah: (1) keduanya sama-sama berinisial huruf J, (2) baik Jesus maupun Jokowi sama-sama anak tukang kayu, (3) keduanya sama-sama mencintai rakyat kecil, tersingkir, dan difabel, (4) sama seperti Jesus, Jokowi suka blusukan, menjumpai rakyat kecil, (5) konon keduanya sama-sama berasal dari Jawa Tengah, yang dalam hal ini terdapat perbedaan; Jokowi adalah orang Solo, sedangkan Jesus orang “Kudus”.

SERUAN QALBU (SQ) 2014

“Siapa yang mengangkat seseorang untuk mengelola urusan (memimpin) kaum Muslimin, lalu ia mengangkatnya, sementara pada saat yang sama dia mengetahui ada orang yang lebih layak dan sesuai (ashlah) daripada orang yang dipilihnya, maka dia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya.”(HR Al-Hakim).

Liberalisme dalam Perspektif “Kiri” (CAP 370)

Analisis ini menempatkan kaum liberal sebagai sosok-sosok yang aktif menyuarakan paham liberalisme dengan tujuan memperluas korporasi raksasa untuk mengeksploitasi kaum miskin. Melalui para ideolognya, dan lewat jaringan korporasi media yang dikuasainya, kaum liberal berhasil menggiring masyarakat untuk menciptakan apa yang disebut oleh Chomsky sebagai “ilusi-ilusi yang dibutuhkan” (necessary illusion).

“Memahami dan Menyikapi Paham Sesat”

Di tengah hiruk pikuknya manusia-manusia yang memuja dan membela paham dan aliran sesat saat ini, maka sebagai Muslim, setiap hari kita diperintahkan senantiasa berdoa kepada Allah, semoga kita selamat dari jalan yang sesat; agar kita senantiasa dibimbing oleh Allah untuk senantiasa mampu mengenali dan mengikuti jalan kebenaran dan tidak terjebak di jalan kesesatan yang tak lain adalah jalan setan. Amin Ya Rabbal Alamin.