Ukhuwah Al-Islamiyah

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam keadaan berbaris (bershaf-shaf), seakan-akan mereka bagaikan bangunan yang tersusun kokoh.”(As-Shaf: 4)

Masyarakat Madani dan Manifes Perjuangan Persatuan Islam

Sesungguhnya, Persis sebagai sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah, dan sosial kemasyarakatan telah sejak lama menggelindingkan ide dan cita-cita masyarakat Madani sejak tahun 1957 ketika Isa Anshary menulis buku “Manifes Perjuangan Persatuan Islam”. Dalam manifes ini tergambar konsep-konsep dasar masyarakat madani dan menjadi titik tolak perjuangan Persis dalam membangun masyarakat dan negara yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.

Wajah Melayu, Lidah Arab: Tokoh Bangsa dan Bahasa Arab

Dahulu, Mohammad Natsir sewaktu masih bersekolah di HIS (Hollandsch Inlandsche School) Solok, beliau sudah memulai belajar bahasa arab di sebuah sekolah diniyah ketika sore hari (Rosidi, 1990: 148). Padahal, beliau waktu itu masih tergolong anak-anak setingkat anak Sekolah Dasar. Persentuhan kembali Natsir dengan bahasa arab didapatkannya sewaktu “nyantri” di Bandung dengan Ustadz A. Hassan, seorang cendekiawan Islam Indonesia terkemuka yang lihai berbahasa Arab dan Inggris. Natsir bersama sahabatnya di AMS (Algemene Middlebare School) Fakhruddin al-Khahiri yang masih berdarah Keling, belajar agama kepada A. Hassan, . Tak jarang, sewaktu A. Hassan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dua pemuda Islam yang penuh semangat ini, beliau harus memperlihatkan langsung buku-buku dari lemari sebagai sumber keterangan. Seringkali buku-buku yang disodorkan masih dalam bahasa Arab. Tuan Hassan-lah, yang menyarankan mereka berdua untuk memperdalam bahasa Arab, supaya dapat menelusuri langsung sumber-sumber asli (turats) yang masih berbahasa Arab (Rosidi, 1990: 40-42).

FENOMENA DAKWAH SALAFY DI INDONESIA (Bag. 2)

Ketika Umat Islam terpecah belah ke dalam banyak firqah atau millah, Nabi ﷺ menyatakan masih ada satu firqah yang selamat (Firqatun najiyah) selebihnya masuk neraka, Nabi ﷺ tidak menyebut nama atau kelompok, beliau menjelaskan bahwa yang akan selamat itu adalah “Al-Jama’ah “, yakni mereka yang berpegang teguh kepada apa-apa yang dipegang teguh oleh Nabi ﷺ dan para Sahabatnya, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Yusuf al-Qardhawi: PEMIKIRAN SALAFI

Inilah inti “manhaj salafi” yang merupakan khas mereka. Dengan manhaj inilah dibinanya generasi Islam terbaik, dari segi teori dan praktek. Sehingga mereka mendapat pujian langsung dari Allah di dalam Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi serta dibuktikan kebenarannya oleh sejarah. Merekalah yang telah berhasil mentransfer Al-Qur’an kepada generasi sesudah mereka. Menghafal Sunnah. Mempelopori berbagai kemenangan (futuh). Menyebarluaskan keadilan dan keluhuran (ihsan). Mendirikan “negara ilmu dan Iman”. Membangun peradaban robbani yang manusiawi, bermoral dan mendunia. Sampai sekarang masih tercatat dalam sejarah.

Oleh-oleh dari Maroko (3)

Di Negeri penghasil arghan oil ini biaya pendidikan memang ditanggung sepenuhnya oleh kerajaan sejak TK hingga S3. Perhatian yang besar terhadap pendidikan ini pula yang menyebabkan negeri ini menjadi salah satu tempat yang kondusif untuk belajar. Hingga saat ini sudah ratusan mahasiswa Indonesia yang menyelesaikan kuliahnya sejak S1 hingga S3 di sini.

Oleh-oleh dari Maroko (2)

Bukan hanya pemikir, hingga saat ini Maroko tetap melahirkan ulama-ulama berkelas dunia. Sebut saja ada Syeikh Dr. Allal Al-Fasi dan muridnya Syeikh Dr. Ahmad Raisyuni. Pada tanggal 11-12 Desember 2013, Raisuni yang menjabat sebagai Wakil Ketua Persatuan Ulama Islam Internasional pimpinan Dr. Yusuf Qardhawi sempat datang ke Indonesia menyampaikan seminar di UIN Jakarta.

OLeh-oleh dari Maroko (1)

Di antara deretan para tamu tampak hadir para ulama Saudi Arabia seperti Syeikh Dr. Shalih bin Humaid Imam Masjidil Haram dan Dr. Abdullah bin Sulaiman Al-Muni’ yang keduanya merupakan anggota Hai’ah Kibâr Al-Ulamâ’ Saudi Arabia. Hadir juga mantan Presiden Sudan Abdurrahman Muhammad Suwar Al-Dzahab. Dai kondang dari Mumbay India Dr. Zakir Naik juga turut menjadi peserta pada Mukamar ini. Selain itu hadir pula Syeikh Dr. Muhammad Hasan Walid Ad-Dudu, ulama muda dari Mauritania, dan Syeikh. Dr. Ishom Basyir, ulama terkenal dari Sudan.